Kampung Naga Tasikmalaya Nan Eksotis. Sosio Kultur
By Titin Sa\\

By at Kamis,26 Jan 2023, 06:59:45 WIB | 233 Kali Dilihat Pojok Literasi
Kampung Naga Tasikmalaya Nan Eksotis. Sosio Kultur

Ada satu tempat wisata unik yang ditawarkan di Tasikmalaya, yaitu Kampung Naga. Tak hanya menyajikan pemandangan yang indah, tempat ini juga bisa menjadi sarana edukasi bagi para wisatawan untuk menyaksikan kehidupan tradisional masyarakat Sunda secara lebih dekat.

Tempat ini pun bakal menjadi lokasi wisata yang menarik bagi yang mengaku sebagai pencinta wisata alam. Karena lokasinya berada jauh dari pusat kota.

Wisata Kampung Naga berlokasi di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Di tempat ini, kita tidak akan mendapati kehidupan yang mewah dengan fasilitas lengkap dan gemerlapnya Lampu-Lampu Listrik yg menghiasi disetiap rumah penduduk.

Baca Lainnya :

Ada sensasi tersendiri ketika memilih untuk menginap di sana. Kampung ini merupakan kampung yang tidak dialiri listrik. Suasana tanpa listrik itu akan lebih terasa pada saat malam hari. Penerangan tempat hanya menggunakan lampu berbahan bakar minyak tanah yang disebut dengan petromak.

Kampung ini berada di jalur utama yang menghubungkan Garut dengan Tasikmalaya. Selama di Kampung Naga, kitacakan mendapati Beberapa  keunikan yang tidak dimiliki kampung lain, antara lain:

1. Kampung di bawah tebing.

Kata naga berasal dari lokasi kampung yang berada di bagian tebing, dalam bahasa Sunda disebut “gawir”. Dari situ, masyarakat menyebut kampung ini dengan nama Kampung Nagawir yang artinya kampung jurang, dan disingkat menjadi Kampung Naga.

Kawasan kampung ini menawarkan suasana alami dan penuh ketenangan. Ditambah lagi, mayoritas warga di kampung ini bermata pencaharian sebagai petani. Sehingga hamparan sawah hijau yang luas saat akan menyambut ketika datang ke tempat ini.

2. Kampung tanpa listrik

Hal pertama yang mencolok dari Kampung Naga adalah tidak adanya aliran listrik. Suasana malam yang remang-remang dan hanya kunang-kunang memancarkan cahaya putih menjadi hal yang biasa di sini. Kondisi kampung tanpa penerangan listrik memang menjadi pilihan masyarakat setempat. Hal ini mereka lakukan sebagai cara untuk menjaga tradisi para leluhurnya.

Tidak hanya listrik, masyarakat di Kampung Naga juga enggan menggunakan tabung gas LPG sebagai sarana untuk memasak. Alasannya, karena hal tersebut bisa berakibat buruk pada suasana lingkungan. Terutama berkaitan dengan rumah-rumah warga yang memiliki desain tradisional dan terbuat dari bahan-bahan yang mudah terbakar.

3. Kampung berkelanjutan menjaga kelestarian Alam dan berfikir secara Intelektual

Kampung Naga memang kampung yang masih menjaga nilai-nilai tradisional leluhur. Dalam setiap tingkah yang mereka lakukan, warga Kampung Naga selalu memperhatikan dampaknya. 

Bukti nyata dari hal tersebut adalah pentingnya peran pendidikan untuk anak keturunan kampung Naga dan keberadaan hutan larangan yang dikeramatkan oleh warga setempat. Hutan tersebut dikeramatkan bukan karena alasan mistis, tapi sebagai sarana untuk menjaga kelestarian alam Kampung Naga.

4. Desain rumah tradisional yang unik

Rumah-rumah warga di Kampung Naga berupa rumah tradisional yang terbuat dari bahan-bahan, seperti kayu, bambu, dan atap dari daun nipah ataupun ijuk. Pada saat memasuki rumah warga, kita tidak akan menemukan kursi, meja, tempat tidur, atau perabotan lain.

Kandang ternak dan kamar mandi juga harus berada di luar area tempat tinggal. Selain itu, rumah hanya diperbolehkan menghadap ke arah utara dan selatan. Tidak heran kalau dari segi penataan kampung, tempat ini memiliki desain yang lebih rapi dibanding dengan deretan rumah warga yang ada di tempat lain. Semua Rumah dengan bentuk yang sama,sehingga tidak akan terlihat perbedaan mana Rumah orang yang kaya atau yang miskin. Semua sama dengan bentuk dan model kesederhanaannya.

5. Jumlah bangunan yang tetap

Di kampung ini, kita hanya akan mendapati sebanyak 103 bangunan. Hal ini memang menjadi aturan tersendiri di sana. Jumlah bangunan tersebut terdiri dari 100 bangunan tempat tinggal serta, 3 bangunan untuk fasilitas umum, seperti; balai pertemuan, lumbung padi, dan masjid.

Keberadaan Kampung Naga seolah menjadi oase di tengah modernisasi zaman. Di sini, kita akan merasakan suasana yang tenang dan kaya akan kearifan lokal. Meskipun demikian, setiap warga di Kampung Naga senantiasa terbuka dan senang hati menyambut kedatangan tamu maupun para wisatawan.

Kampung Naga sendiri merupakan salah satu kampung adat yang masih menerapkan prinsip ketradisionalan yang kuat serta tingkat pamali yang cukup tinggi.

Masyarakat Kampung Naga Patuh akan Pesan Leluhur Menurut Endut Suganda selaku sesepuh kampung naga, masyarakat di sini merupakan keturunan suku Sunda asli.

Endut Suganda juga menjelaskan bahwa seluruh masyarakat Kampung Naga masih sangat patuh terhadap pesan leluhur mereka, mulai dari soal kesederhanaan, hidup rukun dengan memegang teguh adat tradisi dalam menjaga alam, termasuk soal hubungannya dengan lingkungan sekitar pemberi kehidupan.

"Istilahnya pamali (tabu) kalau dipantang," ujar Endut Suganda.kampung adat naga Masyarakat Kampung Adat Naga

Menghormati Alam Sekitar
Masyarakat Kampung Adat Naga pun masih tetap menjaga keaslian budaya mereka tanpa terpengaruh oleh kemajuan teknologi dan informasi di era sekarang. Mereka masih setia terhadap tradisi nenek moyang. Untuk tetap menjaga rumah adat yang tidak boleh sebarangan memfoto dan masuk kedalamnya. Mereka juga tetap menjaga dan menghormati hutan yang dianggap terlarang oleh masyarakat sekitar tersebut.







Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Instagram, Youtube dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.