- Program Kegiatan SGI, Pemantik Guru MIN Semakin Aktif dan Kreatif
- Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Hadiri Pembukaan Program Beasiswa Pembinaan Kepala Sekolah dan Guru Kabupaten Bekasi
- Kepala Kemenag Kab. Bekasi Hadiri Pemasangan Tiang Pancang Pertama Masjid Al Muhajirin Lippo Cikarang
- Gelar Silaturahmi DPD FK KBIHU Kabupaten Bekasi dengan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat
- Cegah Konflik Pemilu, Ini Upaya Kemenag Kabupaten Bekasi
- Rakernas 2024, Begini Pesan Kepala Kementerian Agama Kabupaten Bekasi
- Monev Penggunaan Dana BOS, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Bekasi minta Tingkatkan Kualitas Pendidikan Madrasah
- Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Bekasi Gelar Silaturahmi bersama Tenaga Pramubakti
- Peringatan Hari Guru tahun ini, Kankemenag gaungkan peningkatan pembelajaran
- Adu Pantun Warnai Pisah Sambut Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bekasi
Kandungan Al-Quran Surat As-shoffat ayat 102 Ditinjau Dari Sudut Pandang Pendidikan dalam keluarga
Oleh: H.M Mutamam Mahfudz
Al-Quran sebagai pedoman hidup umat islam memberikan pengetahuan serta pengajaran di berbagai bidang kehidupan. Diantaranya adalah dibidang Pendidikan. Tidak sedikit dari ayat-ayat al-Quran yg berisikan pengajaran tentang Pendidikan, baik yang tersirat, maupun secara jelas.
Diantara ayat al-Quran yang menarik untuk dikaji dan ditelaah berdasarkan sudut pandang pendidikan dalam keluarga adalah al-Quran surat asshofat ayat 102 yang berbunyi :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Baca Lainnya :
- Widyaiswara Pusdiklat Jakarta, datangi MAN 1 Bekasi0
- Kepala Kanmenag Kabupaten Bekasi Berikan Arahan pada Kegiatan Monev BOPRA Putaran Kedua di Tambun Utara0
- Diklat OSIS : Jiwa Kepemimpinan OSIS MAN 1 Bekasi diuji0
- Potret Gerakan Literasi di Sekolah Binaan (Bagian I)0
- Potret Gerakan Literasi di Sekolah Binaan (Bagian I)0
Artinya: “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Ayat ini mengisahkan tentang dialog antara Nabi Ibrahim as. dengan Nabi Ismail as. Dalam percakapannya itu, nabi Ibrahim as. menyampaikan mimpinya kepada nabi Ismail as. Nabi Ibrahim bermimpi bahwa ia mendapatkan perintah dari Allah swt. untuk menyembelih nabi Ismail as. Ketika nabi Ismail as. mendengar ucapan dari nabi Ibrahim tentang mimpinya itu, maka tanpa keraguan sedikitpun, nabi Ismail as. mempersilahkan kepada nabi Ibrahim as. untuk melaksanakan perintah dari Allah swt. itu. Bahkan ketulusan nabi Ismail sangat Nampak saat nabi Ismail menyampaikan saat dirinya akan disembelih, ia meyakinkan nabi Ibrahim as. bahwa Insya Allah ia tergolong orang-orang yang sabar.
Ayat di atas menarik untuk dikaji dan ditelaah. Bagaimana seorang nabi Ibrahim begitu tegar dan ikhlas saat mendapatkan perintah dari Allah swt. Perintah itu tidak main-main. Ia harus rela untuk menyembelih anaknya yang sekian lama ia dambakan. Penyembelihan itupun dilakukan oleh nabi Ibrahimhal langsung tanpa perantara orang lain. Dapat kita bayangkan bagaimana perasaan yang dirasakan oleh Nabi Ibrihaim as. Ini menunjukan gambaran seorang ayah yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. Setiap perintah Allah swt dilaksanakan dengan penuh keyakinan.
Sikap Nabi Ismailpun begitu mengesankan. Sebagai seorang anak, ia sama sekali tidak menolak untuk disembelih oleh ayahnya. Bahkan ia menguatkan nabi Ibrahim agar perintah Allah swt dapat dilaksanakan. Kesolehan seorang anak sangat Nampak pada diri nabi Ismail as. Mungkin jika ia bukan anak yg soleh, bisa jadi perintah itu ia abaikan.
keteguhan seorang bapak dalam keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dan kesolehan seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya merupakan gambaran sosok keluarga yang sempurna. Hal ini dapat dilihat dari kisah diatas. Keluarga yang Sakinah mawadah warohmah merupakan dambaan setiap insan. Untuk mewujudkan keluarga yang “sempurna” itu, maka diperlukan proses Pendidikan didalam keluarga
Jika dilihat dari teori Pendidikan, Pendidikan terbagi pada tiga bagian yaitu Pendidikan informal, Pendidikan formal dan Pendidikan nonformal. Pendidikan informal adalah Pendidikan dalam keluarga yang merupakan pendidkan pertama dan yang utama bagi seorang anak, serta peran orang tua yang menjadi guru pertama dan yang utama bagi anak-anaknya.
Untuk mewujudkan keberhasilan Pendidikan dalam keluarga, maka pemenuhan komponen-kompen pendidikan dalam keluarga perlu dipenuhi yaitu diantaranya adalah:
- Pendidik
Keluarga sebagai tempat Pendidikan, maka orang tualah yang berperan sebagai seorang pendidik. Sebagai seorang pendidik, orang tua perlu mempersiapkannya dengan baik. Setidaknya ia harus menyadari peran dan fungsinya dalam keluarga. jika orang tua berhasil sebagai seorang pendidik yang pertama dan utama, maka anak-anak yang sebagai “peserta didiknya” dapat mendapatkan pengajaran serta bimbingan yang baik dari orang tuanya.
- Peserta didik
Anak sebagai peserta didik dalam keluarga merupakan manusia yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun secara psikologis. Dalam prosesnya seorang pendidik sedapat mungkin harus memahami anak didiknya. Kesalahan dalam memahami hakekat anak didik dapat menjadikan kegagalan dalam mencapai tujuan Pendidikan.
- Metode Pendidikan.
Metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik (Ahmad Tafsir, 1992:131). Kata metode disini diartikan secara luas. Dengan memahami cara-cara mendidik dengan berbagai cara, diharapkan seorang pendidik dalam hal ini orang tua mampu memberikan Pendidikan yang baik kepada anak-anaknya.
- Materi Pendidikan
Untuk mewujudkan seorang anak yang soleh, maka orang tua sebagai pendidik perlu memberikan materi Pendidikan yang sesuai dengan tujuan hidup manusia. Menurut Abdul Munir Mulkhan (1993:247) Materi Pendidikan khususnya Pendidikan Islam secara garis besar merupakan konseptualisasi dan fungsi umum manusia sebagai hamba dan sebagai kholifah. Dengan demikian apa yang harus diberikan kepada peserta didik adalah nilai-nilai pribadi hamba dan kholifah yang meliput aspek keterampilan , pengetahuan, kecerdasan dan moral.
Oleh karenanya secara garis besar materi Pendidikan khususnya Pendidikan islam meliputi materi aqidah, materi ibadah dan materi akhlaq.
Memiliki keluarga yang “Bahagia” adalah dambaan setiap orang. Untuk mewujudkan itu, Allah swt menurunkan alquran yang didalamnya terdapat cara-acara untuk mencapainya dan peran para Rosul-rosul Allah swt yang diutus untuk dijadikan panutan manusia. Semoga kita semua selalu mendapatkan bimbingan dan petunjuk dari Allah swt. Dalam mencapai tujuan dalam kehidupan. Amiin.
*Penulis adalah Pegawai Kantor Kementerian Agama Kab. Bekasi yang ditugaskan sebagai Guru PAI pada SMPN 1 Cikarang Selatan.
